Warning: Undefined property: stdClass::$chunksize in /www/wwwroot/dinkes/main/dinkes/wp-content/plugins/screen-reader-with-fontsize/screenreader.php on line 45

Loading

Category BERITA & INFORMASI

  • Apr, Jum, 2018
Pelaksaan UKOM Kesehatan 2018

PELAKSANAAN UJI KOMPETENSI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2018   Berdasarkan Pasal 69 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara antara lain dinyatakan bahwa pengembangan Karir Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah, yang meliputi : Kompetensi teknis yang diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis fungsional, dan pengalaman bekerja secara teknis Kompetensi manajerial yang diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan struktural atau manajemen, dan pengalaman kempemimpinan, dan Kompetensi sosial kultural yang diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan kebangsaan Dasar dilaksanakannya uji kompetensi kenaikan jenjang untuk jabatan fungsional kesehatan adalah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) dan Peraturan Bersama antara Kepala Badan Kepegawaian Negara yang untuk saat ini dilaksanakan bagi enam jabatan fungsional yang mempersyaratkan sertifikat uji kompetensi sebagai salah satu syarat kenaikan jenjang yaitu : Jabatan Fungsional Perawat; Jabatan Fungsional Perawat Gigi; Jabatan Fungsional Radiografer; Jabatan Fungsional Perekam Medis; Jabatan Fungsional Teknisi Elektromedis; dan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja Sedangkan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar ada 4 dari 6 Jabatan fungsional yang mempersyaratkan uji kompetensi sebagaimana tersebut diatas, yaitu : Jabatan Fungsional Perawat (Perawat Ahli dan Terampil); Jabatan Fungsional Perawat Gigi; Jabatan Fungsional Radiografer; Jabatan Fungsional Perekam Medis; dan Dalam rangka penyiapan uji kompetensi kenaikan jenjang jabatan fungsional kesehatan, Kementrian Kesehatan telah melakukan beberapa persiapan diantaranya menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan uji kompetensi kenaikan jenjang jabatan fungsional melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 18 Tahun 2017. Berdasarkan Permenkes tersebut, …

Read more
  • Apr, Rab, 2018
Seputar Hipertensi

Banyak penelitian membuktikan bahwa semakin tinggi tekanan darah seseorang, semakin tinggi pula risiko orang tersebut terkena penyakit jantung, gagal ginjal, dan stroke. Awal dari semua penyakit komplikasi itu yaitu kehilangan keseimbangan. Ketika tekanan darah tinggi naik, maka seseorang akan kesulitan berjalan karena tengkuk, leher, dan punggung akan terasa berat dan pegal. Ini disebabkan oleh kadar kolesterol yang langsung menyerang syaraf keseimbangan. Tidak heran, penderita bisa langsung jatuh secara tidak sadar tiba-tiba. Hasil penelitian Badan Kesehatan Sedunia (WHO) menunjukkan hampir setengah dari kasus serangan jantung disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Tekanan darah yang terus meningkat dalam jangka panjang akan menyebabkan terbentuknya kerak (plak) yang dapat mempersempit pembuluh darah koroner. Padahal pembuluh darah koroner merupakan jalur oksigen dan nutrisi (energi) bagi jantung. Akibatnya, pasokan zat-zat penting (esensial) bagi kehidupan sel-sel jantung jadi terganggu. Pada keadaan tertentu, tekanan darah tinggi dapat meretakkan kerak (plak) di pembuluh darah koroner. Serpihan-serpihan yang terlepas dapat menyumbat aliran darah sehingga terjadilah serangan jantung. Penderita tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung koroner. Penyumbatan pembuluh darah diawali dengan Stroke. Stroke merupakan gangguan syaraf otot yang dipengaruhi pembuluh darah dan berpusat pada kepala. Biasanya syaraf yang ada di otak tidak terkoneksi dengan syaraf motorik sehingga tangan yang biasa diserang tidak dapat digerakkan karena aliran darah tidak mengalir pada bagian tubuh tersebut. Bagian terparah dari gangguan pembuluh darah yang disebabkan oleh Hipertensi yaitu komplikasi pada Ginjal dan Jantung. Karena aliran darah yang tidak merata, maka beberapa fungsi organ tubuh akan terkena imbasnya. Gangguan darah turut mempengaruhi volume darah yang mengalir ke Jantung, jadi jangan…

Read more
  • Apr, Rab, 2018
Apa itu Stunting ?

Sebagian besar masyarakat mungkin belum memahami istilah yang disebut stunting. Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya. Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang sebenarnya bisa dicegah. Salah satu fokus pemerintah saat ini adalah pencegahan stunting. Upaya ini bertujuan agar anak-anak Indonesia dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan maksimal, dengan disertai kemampuan emosional, sosial, dan fisik yang siap untuk belajar, serta mampu berinovasi dan berkompetisi di tingkat global. “Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan dalam pencegahan stunting, yaitu perbaikan terhadap pola makan, pola asuh, serta perbaikan sanitasi dan akses air bersih”, tutur Menteri Kesehatan RI, NIla Farid Moelok, di Jakarta (7/4). Diterangkan Menkes Nila Moeloek, kesehatan berada di hilir. Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan. Karena itu, ditegaskan oleh Menkes, kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat. Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam. Selanjutnya, dipengaruhi juga oleh pola asuh yang kurang baik terutama pada aspek…

Read more
Site Statistics
  • Today's visitors: 3
  • Today's page views: : 3
  • Total visitors : 381,014
  • Total page views: 528,935